Kamis, 22 Mei 2014

Arifah's Diary : Day 4

Karanganyar, March 21 2014 2048

Night Persi. Ingin sekali berjumpa denganmu dan menceritakan tentang Hannga. Ya, dia masuk hari ini karena ada midterm di sekolah. Rasanya seanang sekali ketika meihatnya datang. Sepulang sekolah pun, aku sempat berbicara padanya, walaupun disertai tatapan aneh dari Azizun. Oh iya, Azizun masih termasuk saudaraku, walaupun hubungannya jauh. Dia tahu aku meyukai Hangga, karena aku pernah bercerita padanya, juga soal Kenny. Bicara soal Kenny, walaupun aku sudah mengenal Hangga, rasanya aku belum bisa benar benar melupakannya. Aku tahu Persi, dia pernah mencampakkanku dengan alasan yang tidak jelas. Tapi bila ingat kejadian waktu aku masih Junior High, aku ingin sekali kejadian itu terulang kembali, dan juga bersama Kenny. Aku  tahu juga, itu tidak mungkin terjadi. Aku hanya ingin berbicara dengannya sekalii saja, hanya ingin mendengar suara lembutnya ketika ia berbicara kepadaku. Sewaktu mandi tadi, aku ingat ketika Mas Kenny mengajakku bertemu disalah satu sudut sekolah. Dia juga perayu ternyata, tapi aku suka. Tapi, terkadang aku tidak bisa bersikap seperti apa adanya diriku, karena aku mungkin akan merasa malu? Apakah itu salahku sendiri Persi? Apa aku harus menyembunyikan kepribadianku yang asli di depan semua orang yang kusukai? Tadinya seperti aku punya banyak bahan yang ingin kuceritakan padamu, tapi entah kenapa rasanya semua menguap begitu saja. Ah baiklah, kurasa aku harus segera mempersiapkan materi untuk midterm besok, atau melanjutkan eBook yang kubaca tadi, atau hanya menunggu pesan masuk dari Hangga. Aku belum cerita ya kawan? Aku coba memberitahunya tentang materi untuk besok, walaupun mungkin itu Cuma alasanku untuk berkirim pesan dengannya. Yah, dia mungkin terlalu tinggi untuk kugapai, kurasa. Dia dikelilingi banyak wanita, dan aku bukanlah termasuk yang sering dia ajak bicara, walaupun kami teman sekelas. Nantinlama kelamaan aku  juga akan menerimanya, dan yang paling buruk, menerima bahwa hangga tidak pernah melirikku sedikit pun. Aku hanya begitu senang melihatnya  tersenyum manis kepada siapa saja, dengan menyipitkan matanya-atau memang bentuk matanya yang sudah sipit. Sudah pernah kuceritakan bukan Hangga itu seperti apa? Pokoknya, tampangnya tidak pernah mengecewakan. Dan lagi, kumis tipisnya bertmabah lebat akhir akhir ini, entah kenapa dia tidak mau bercukur. Mungkin dia ingn memelihara kumisnya? Entahlah, toh itu juga bukan urusanku. Tapi melihatnya berkumis tebal, aku merasa dia jauh lebih tua dariku. Umur kami memang terpaut hampir setahun sih, walaupun kami seangkatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar