Karanganyar, March 21 2014 2048
Night Persi. Ingin sekali
berjumpa denganmu dan menceritakan tentang Hannga. Ya, dia masuk hari ini
karena ada midterm di sekolah. Rasanya seanang sekali ketika meihatnya datang.
Sepulang sekolah pun, aku sempat berbicara padanya, walaupun disertai tatapan
aneh dari Azizun. Oh iya, Azizun masih termasuk saudaraku, walaupun hubungannya
jauh. Dia tahu aku meyukai Hangga, karena aku pernah bercerita padanya, juga
soal Kenny. Bicara soal Kenny, walaupun aku sudah mengenal Hangga, rasanya aku
belum bisa benar benar melupakannya. Aku tahu Persi, dia pernah mencampakkanku
dengan alasan yang tidak jelas. Tapi bila ingat kejadian waktu aku masih Junior
High, aku ingin sekali kejadian itu terulang kembali, dan juga bersama Kenny.
Aku tahu juga, itu tidak mungkin
terjadi. Aku hanya ingin berbicara dengannya sekalii saja, hanya ingin
mendengar suara lembutnya ketika ia berbicara kepadaku. Sewaktu mandi tadi, aku
ingat ketika Mas Kenny mengajakku bertemu disalah satu sudut sekolah. Dia juga
perayu ternyata, tapi aku suka. Tapi, terkadang aku tidak bisa bersikap seperti
apa adanya diriku, karena aku mungkin akan merasa malu? Apakah itu salahku
sendiri Persi? Apa aku harus menyembunyikan kepribadianku yang asli di depan
semua orang yang kusukai? Tadinya seperti aku punya banyak bahan yang ingin
kuceritakan padamu, tapi entah kenapa rasanya semua menguap begitu saja. Ah
baiklah, kurasa aku harus segera mempersiapkan materi untuk midterm besok, atau
melanjutkan eBook yang kubaca tadi, atau hanya menunggu pesan masuk dari
Hangga. Aku belum cerita ya kawan? Aku coba memberitahunya tentang materi untuk
besok, walaupun mungkin itu Cuma alasanku untuk berkirim pesan dengannya. Yah,
dia mungkin terlalu tinggi untuk kugapai, kurasa. Dia dikelilingi banyak
wanita, dan aku bukanlah termasuk yang sering dia ajak bicara, walaupun kami
teman sekelas. Nantinlama kelamaan aku
juga akan menerimanya, dan yang paling buruk, menerima bahwa hangga
tidak pernah melirikku sedikit pun. Aku hanya begitu senang melihatnya tersenyum manis kepada siapa saja, dengan
menyipitkan matanya-atau memang bentuk matanya yang sudah sipit. Sudah pernah
kuceritakan bukan Hangga itu seperti apa? Pokoknya, tampangnya tidak pernah
mengecewakan. Dan lagi, kumis tipisnya bertmabah lebat akhir akhir ini, entah
kenapa dia tidak mau bercukur. Mungkin dia ingn memelihara kumisnya? Entahlah,
toh itu juga bukan urusanku. Tapi melihatnya berkumis tebal, aku merasa dia
jauh lebih tua dariku. Umur kami memang terpaut hampir setahun sih, walaupun kami
seangkatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar