Kamis, 22 Mei 2014

Arifah's Diary : Day 9, 10, and 11

Karanganyar, May 13 2014 1005

Selasa, pelajaran sekolah membosankan. Sangat malah. Jam masih kosong, belum ada guru datang.  Teman temanku ribut sendiri, sedangkan au kan hanya bersamamu,Persi. Memikirkan kenapa Hangga tidak masuk hari ini. Oh ya, Hangga tidak masuk hari ini. Buknnya aku tadi sudah mengatakannya Persi? Ah iya, aku mungkin sedang bingung, bahkan aku lupa bahwa aku sudah mengatakan sesuatu tadi. Ah Persi, apa yang harus kulakukan?

Karanganyar, May 17 2014 1227

Aaahh aku ada ulangan Persi! Dan itu pendidkan Kewarganegaraan. Pffft, banyak sekali yang harus kupelajari. Dan ingat, orang bilang weekend itu menyenangkan, tapi aku bilang, week end itu beban. Ya, karena sabtu itu hari yang terrible, Geografi, Matematika, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Zzzzz, benara benar parah. Dan aku tidak begitu suka ketiga pelajaran itu karena aku tidak begitu mengerti dan tidk begitu pham. Ah, sudahlah Persi, toh nanti juga kukerjakan sebisaku, entah bagaimana hasilnya. Banru aku ya Persi? Haha, mungkin aku sudah gila ya Persi, meminta bantanmu. Tidak, aku tidak gila, aku hanya insane. Frustasi mungkin. Tapi aku kan sudah bilang, nanti akan kukerjakan sebisaku saja, entah bagaimana hasilnya. Kau tah Persi, aku bermimpi aneh tentang Kenny tadi malam. Dan itu benar benar aneh. Aku penasaran apa artinya, dan, tapi tidak mungkin bila kutanyakan pada siapapun. 
Karanganyar, May 18 2014 1647

Persi, apakah aku harus benar benra jadi dokter? Tak adakah profesi yang lain yang akan membanggakan orangtuaku? Apakah salah bila aku ingin menjadi sastrawan, mungkin? Semakin jauh aku berfikir, menurutku aku semakin tidak ingin menjadi dokter. Walaupun aku hanya mengamini apa yang dikatakan temanku, maupun orangtuaku dan keluarga besarku. Aku heran Persi, kenapa hanya aku yang dibebani seperti itu? Kenapa bukan yang lain? Bukankah bila dibicarakan terus, bisa bagai kembang bunga tak jadi? Karena terlalu banyak berbicara, nanti malah gagal di akhirnya.  Aahh, iya, aku belum menyelesaikan tugas seni tari ku. Ya, dance tema modern. Aku belum mempresentasikannya didepan guru. 

Arifah's Diary : Day 8

Karanganyar, May 12 2014 2141


Lama tak jumpa denganmu, Persi. Tak ada yang ingin kuceritakan selama ini. Aku hanya merasa, Hangga terlihat lebih jauh sekarang, dan aku takut, aku tak bisa mencapai jarak itu. Kau tahu Persi, selain Hangga, ada banyak tugas yang akan kuceritakan. Mulai dari Bahasa Indonesia, sampai Bahasa Jawa. Yang satu membuat cerpen, yang satu mencari contoh surat penawaran. Hari sudah malam, dan aku bahkan belum menyelesaikan satupun, dan tugas harus dikumpulkan esok hari. Hukumanyya, adalah keluar dari kelas apabila aku tidak mengerjakan tugas tugas itu. Sungguh aku tidak mau. Bagaimana kalau diantara Kenny ata Erwin yang melihat? Mau ditaruh di mana mukaku ini. Aahh, harusnya aku mengerjakan tugasku Persi, bukannya berjumpa denganmu. Dan aku malah menonton drama korea yang sedang kugandrungi, My Love From The Stars. Kau tahu, pemainnya sangat imut, walaupun dia sudah berusia 26 tahun. Kupikir dia masih berusia 20 tahun lah maksimal. Tapi rupanya aku tertipu. Hah, mungkin itu efek perawatan orang Korea.

Arifah's Diary : Day 7

Karanganyar, April 09 2014 0955


Ah, Persi. Masih ingat Hangga kan? Kurasa, dia mulai sedikit melihatku sekarang. Atau juga, itu hanya perasaanku. Jumat kemarin, aku sekelompok geografi dengan Hangga. Ah, senang sih. Awalnya aku bingung, kenapa dia tidak jadi ketua kelompok. Eh, harusnya aku bersyukur karena aku bisa sekelompok dengannya. Tapi ada Dimas dan Fara, mereka mantan kekasih sebelumnya, dan situasi kelompokku pun tambah awkward. Yah, tugas kami belum selesai sih, jadinya aku masih bisa bersama Hangga. Tapi aku tetap merasa aneh. Sepanjang kegiatan, ketika Dimas mendiktekan pada Hangga apa yang harus ditulis, dia malah bertanya padaku. Dia tidak memperhatikan ucapan Dimas, kecuaki setelah aku menyuruhnya. Entahlah, kurasa dia juga banyak tersenyum padaku. Aku hanya berharap, dia tahu dan mengerti. Hanya mengerti saja, itu sudah cukup. Tapi aku tidak yakin, karena pernah sekali waktu ketika temanku mengejekku tentang Hangga dan dia ada di situ, dia tidak menggubris sedikitpun.

Arifah's Diary : Day 6

Karanganyar, March 30 1725
Aku tidak jadi menjenguknya, Persi. Kau tahu kan, Kenny. Dia mungkin sudah pulang sekarang. Sudahlah, biarkan dia bahgia dengan apa yang sudah dimilikinya, dan aku bisa tidak memikirkanyya lagi. Aku tidak punya banyak cerita baru sekarang, hanya ingin berjumpa denganmu. Bagaimana kabarmu? Kau merasa kesepian bukan, Persi? Hah, mungkin aku sudah jadi kurang waras Persi, karena aku mulai menanyakan bagaimana kabarmu. Salah? Ya, sangat salah. Kau bukan seorang manusia kan? Hanya sebuah Portable Personal Computer.

 Aku menyesal tidak menjenguk Kenny? That’s impossible.

A temperament girl says this to me, ‘Nothing is impossible, the word itself says I’M POSSIBLE!’.

 Itu aku bukan Persi? Haha, tega sekali kau menyebutku temperamen.

Itu memang kenyataan bukan?


 Oke oke, aku mengalah.

Arifah's Diary : Day 5

Karanganyar, March 26 2014 1941

Salut, Persi J. Itu artinya halo dalam bahasa perancis. Aku sedang menyukainya sekarang, dan ingin belajar tentang bahasa tersebut. Tidak banyak kemajuan dalam bebrapa minggu terakhir ini. Oh ya Persi, kau tahu? Kenny tiba tiba mengrimiku pesan lagi. Dia di rumah sakit sekarang, dan akan dioperasi kakinya. Entah, aku ingin menengoknya sebetulnya, tapi aku tidak punya nyali, atau hanya malu saja. Aku tidak menyangka dia masih menyimpan nomor teleponku, dan masih berani mengirimiku pesan setelah apa yang dia lakuan padaku. Aku awalnya kaget juga, tapi aku balas juga pesannya. Entah aku senang, atau bagaimana, aku tidak tahu perasaanku yang sesungguhnya. Sebetulnya dia memintaku datang, tapi hanya sendiri. Yah, aku tidak akan mungkin hal itu kan, kecuali aku ini seorang idiot. Aku memang seorang idiot rupanya, karena aku berniat datang sendirian menjenguknya. Entah sempat atau tidak, tapi aku coba saja. Tapi ketahuilah, aku ini bukan idiot biasa. Aku ini idiot jenius. Haha, kauntahu maksudnya kan? Tapi tetap saja aku kurang yakin menjenguk Kenny, mulai dari apa yang harus kubawa, sampai bagaimana bila aku bertemu anggota keluarganya. Aku kan berkunjung sendiri, bagaimana aku menjelaskan pada mereka siapa aku? Hah, bagaimana ini Persi, mungkin aku bisa membawamu, tapi tak mungkin hanya membawamu saja kan? Aku harus mengajak siapa? Dinda? Deliana? Putri? Atau bahkan Jihan?

Arifah's Diary : Day 4

Karanganyar, March 21 2014 2048

Night Persi. Ingin sekali berjumpa denganmu dan menceritakan tentang Hannga. Ya, dia masuk hari ini karena ada midterm di sekolah. Rasanya seanang sekali ketika meihatnya datang. Sepulang sekolah pun, aku sempat berbicara padanya, walaupun disertai tatapan aneh dari Azizun. Oh iya, Azizun masih termasuk saudaraku, walaupun hubungannya jauh. Dia tahu aku meyukai Hangga, karena aku pernah bercerita padanya, juga soal Kenny. Bicara soal Kenny, walaupun aku sudah mengenal Hangga, rasanya aku belum bisa benar benar melupakannya. Aku tahu Persi, dia pernah mencampakkanku dengan alasan yang tidak jelas. Tapi bila ingat kejadian waktu aku masih Junior High, aku ingin sekali kejadian itu terulang kembali, dan juga bersama Kenny. Aku  tahu juga, itu tidak mungkin terjadi. Aku hanya ingin berbicara dengannya sekalii saja, hanya ingin mendengar suara lembutnya ketika ia berbicara kepadaku. Sewaktu mandi tadi, aku ingat ketika Mas Kenny mengajakku bertemu disalah satu sudut sekolah. Dia juga perayu ternyata, tapi aku suka. Tapi, terkadang aku tidak bisa bersikap seperti apa adanya diriku, karena aku mungkin akan merasa malu? Apakah itu salahku sendiri Persi? Apa aku harus menyembunyikan kepribadianku yang asli di depan semua orang yang kusukai? Tadinya seperti aku punya banyak bahan yang ingin kuceritakan padamu, tapi entah kenapa rasanya semua menguap begitu saja. Ah baiklah, kurasa aku harus segera mempersiapkan materi untuk midterm besok, atau melanjutkan eBook yang kubaca tadi, atau hanya menunggu pesan masuk dari Hangga. Aku belum cerita ya kawan? Aku coba memberitahunya tentang materi untuk besok, walaupun mungkin itu Cuma alasanku untuk berkirim pesan dengannya. Yah, dia mungkin terlalu tinggi untuk kugapai, kurasa. Dia dikelilingi banyak wanita, dan aku bukanlah termasuk yang sering dia ajak bicara, walaupun kami teman sekelas. Nantinlama kelamaan aku  juga akan menerimanya, dan yang paling buruk, menerima bahwa hangga tidak pernah melirikku sedikit pun. Aku hanya begitu senang melihatnya  tersenyum manis kepada siapa saja, dengan menyipitkan matanya-atau memang bentuk matanya yang sudah sipit. Sudah pernah kuceritakan bukan Hangga itu seperti apa? Pokoknya, tampangnya tidak pernah mengecewakan. Dan lagi, kumis tipisnya bertmabah lebat akhir akhir ini, entah kenapa dia tidak mau bercukur. Mungkin dia ingn memelihara kumisnya? Entahlah, toh itu juga bukan urusanku. Tapi melihatnya berkumis tebal, aku merasa dia jauh lebih tua dariku. Umur kami memang terpaut hampir setahun sih, walaupun kami seangkatan.

Rabu, 14 Mei 2014

Sebuah Puisi : Ayah

AYAH
Ayah,
Tolong dengarkan aku
Aku tak bisa terus seperti ini
Aku punya hati, Ayah


              Ayah, aku tahu
              Nasihat nasihat itu
              Kemarahan kemarahanmu
              Itu semua demi kebaikanku
Tapi Ayah,
Aku bukanlah robot
Aku butuh didengarkan, tolong


              Aku tahu, aku salah
              Tapi, inilah diriku
              Inilah yang kulakukan untukmu, Ayah
              Walaupun semua takkan mampu

              Takkan mampu membayar kasih sayangmu

Arifah's Diary : Day 3

Karanganyar,  March 19 2014 0704

Good to see you again Persi mumumu XD its weird isn’t it? Aku menulis pagi hari, jam dimana harusnya aku bersekolah. But don’t worry, sekolah bebas hari ini. Sudah 3 hari sekolah seperti ini. Bosan rasanya.

Karanganyar, March 19 1625

Sorry Persi, soalnya tadi kamu kan dipake buat nonton film, jadinya ga jadi curhat sama kamu akunya. Oiya, aku tadi kan ngomong sekolah boring banget, soalnya lagi ada kegiataan classmeeting alias jeda, kalo aku nyebutnya. Mungkin kalo dari negara asalmu sebutannya itu festival sekolah ya, tapi disini engga ada yang begituan. Sayangnya Hangga engga masuk hari in, jadinya ya udah, kacau semua jadinya. Yang lomba poster engga ada, soalnya harus cowok cewek. Kau masih ingat kan waktu lalu aku bilang akan ada ulangan semester genap? Kau harus tahu, jadwalnya berubah total. I think that my principal’s mind is really messed up. Because, beliau mendahulukan bersenang senang daripada berusaha. Well, sebetulnya banyak juga murid yang protes, karena itu benar benar akan mengacaukan pikiran kami. Parahnya lagi, kegiatan itu deiselingi dengan libur 3 hari. It’s really goddamn thing. Tapi bagaimana lagi, sebagai siswa aku harus menerimanya. Bicara soal ulangan tengah semester, jadwalnya sungguh sungguh horrifying. Dan aku benar benar menggunakan arti harfiah dari horrifying, karena jadwalnya mungkin bisa membunuh otak kami. Aku sungguh tidak tahu apa yang dipikirkan guruku ketika menyusun jadwal. Yah, mungkin itu memang harus kujalani sebagai seorang siswa. And do you know Persi? Dad tetap menyuruhku masuk sekolah kedokteran, walaupun mungkin hatiku sudah berkata sebaliknya. Dulu aku memang ingin sekali masuk sekolah kedokteran, tapi semakin besar aku, semakin aku dapat berpikir. Mungkin aku tidak terlalu berminat lagi, walaupun bukan tidak mau. Ah sudahlah, lagipula aku baru kelas 10 sekarang, dan kuliah masih jauh dari pandangan. Walaupun ada rumor, aku dan teman seangkatanku hanya sekolah SMA selama 2 tahun. Tapi entahlah, jalani saja dulu yang ada. Dad mungkin belum bisa terlalu memahamiku. Dad bekerja dari pagi sampai malam hari. Aku sudah pernah cerita bukan bahwa Dad seorang polisi? Kadang beliau berangkat sebelum aku bangun, dan pulang setelah aku tidur. Dan aku pernah tidak bertemu denganyya selama 3 hari, padahal kami tinggal serumah! Bukankah itu menyedihkan Persi? Aku ingin sekali punya ayah yang punya pekerjaan seperti orang kebanyakan, seperti pegawai kantor. Tapi kau tidak bisa memilih dilahirkan di keluarga mana, ya kan Persi? Tapi seharusnya aku merasa beruntung karena aku dilahirkan dalam keluarga yang berkecukupan, sehingga dapat mempertemukan aku dengan kau Persi. You’re quite expensive for me, you know.  Kau tahu Persi, aku rasa akan ada lagi laki laki yang berusaha mengeliliku lagi. Namanya Satria Nusantara, dia teman sekelasku di Junior High. Entah kenapa aku merasa ada yang berbeda dari caranya memandangku. Tapi entahlah, mungkin hanya perasaanku saja. Persi, kurasa aku sedikit menjadi seorang wanita hari ini. Lihat kan, caraku menulis berbeda dengan hari kemarin. Yah, itu yang kurasakan. Ah, ada yang ketinggalan Persi. Ada satu lagi laki laki. Namanya Muhammad Dienulloh Ulil. Aku biasa memanggilnya Ulil. Aku selalu berkelahi dengannya ketika di course lesson. Dia seorang gadget freak dan anime freak. Hei, selama ini aku hanya menceritakan teman laki laki bukan? Kau cemburu Persi? Ah, tidak aku hanya bercanda Persi, mereka hanya temanku saja. Tapi tunggu, kalu bukan tentang hangga, tulisanku kadang berhenti pada tiga atau empat kalimat dan aku akan berhenti sejenak dan memutuskan apa yang ingin kutulis lagi. Mungkin benar, aku memang ‘tertarik’ dengannya. Tapi sudahlah, aku sudah bercerita banyak tentangnya kan kemarin? Dia tidak masuk hari ini. Kau tahu Persi, kemarin saat pertandingan futsal, aku menyesal tidak menontonnya. Kelasku kalah pada pertandingan pinalti. Hangga juga diturunkan, padahal dia sedang cedera ankle. Semoga cederanya tidak bertambah parah. Mungkin aku bercerita tentang hangga esok lagi Persi, aku sudah kehabisan data tentangnya hari ini. See you soon, Persi. As soon as possible.

P.S : Song of the Day
Lagu ini mungkin cocok buat hangga, tapi sedikit ‘alay’ menurutku. J

Astrid - Terpukau
“ aku memang belum beruntung, untuk menjatuhkan hatimu
Aku masih belum beruntung, namun tinggi harapanku
Tuk hidup berdua denganmu, aku sempurna
Denganmu, kuingin habisakan sisa umurku
Tuhan, jadikanlah dia jodohku

Hanya dia yang membuat, aku terpukau...”

Arifah's Diary : Day 2

Karanganyar, March 14 2014 1907

Long time no see, baby. Miss you muchh xD. Padahal aku baru berjumpa padamu sekali, dan rasanya sulit untuk tak jumpa denganmu lagi. Yah, sepertinya hariku berjalan biasa dan biasa. Aku masihlah aku, dan aku masih kelas 10 SMA rupanya. Tapi ini tengah semester genap, dan musim penghujan. Biasanya aku suka hujan, tapi entah kenapa aku kurang menyukainya lagi saat ini.
Bicara soal tugas sekolah, well, itu masih menumpuk. Dan minggu depan akan ada ulangan tengah semester. Huh, betapa menyedihkan. Yah, walaupun  aku sering libur akhir akhir ini, tapi aku juga tidak terlalu menikmatinya. Ini  hari Jumat, dan aku pulang pagi seharusnya. Tapi karena aku sudah mengendarai motorku sendiri, aku pulang agak sore. Lagipula  apabila pulang lebih awal, aku juga tidak dapat melakukan apapun dirumah. Abangku menelpon sore tadi, dan dia menawarkan sebuah sepatu padaku. Yah, aku mau saja, lagipula sepatuku sudah hampir rusak. Hey buddy, aku masih bingung apakah aku benar benar menyukai hangga. Hey, kamu belum tahu kan? First of all, his complete name is Radya Surya Hanggara. He’s my classmate, and the most coolest guy  I’ve ever meet. He got tan skin, pointed nose, smaal eye, manly body, and oh man, everytime I see him in swimming pool, it was......, ah, I can’t explain it. Dia sebetulnya tidak terlalu pintar, tapi selalu tekun dengan apa yang dikerjakannya. Aku penyuka cowok tipe seperti itu, seperti mantan pacarku dulu. Dia yang selalu mengingatkanku untuk mengerjakan PR dan tugas tugas lain. Aku tipikal anak yang tidak biasa belajar, tetapi asalkan aku mendengarkan penjelasan, aku bisa cepat mengerti. Okay, back to Hangga then. Aku tahu dia punya banyak penggemar, dan aku memang tidak banyak berharap. Aku hanya ingin dekat dengannya saja, mungkin itu sudah cukup. Bicara soal cowok populer, aku pernah dicampakkan oleh ‘spesies’ mereka sekali. Namanya Kenny Satrio, dan dia kakak kelasku. Dia bintang basket sekolah, dan orang paling sombong yang pernah kutemui dan kukenal. Kadang aku merasa belum bisa terlepas dari bayang bayangnya. Yah, dia sebetulnya tidak sekeren yang kalian bayangkan, karena bahkan aku menyebutnya beruang. Dia benar benar mirip beruang kurasa, but his body fit him. Dia tidak kelihatan gemuk, walaupun sebetulnya iya. And you know fell, dia yang mendekatiku duluan di SMP. Dia juga kakak kelasku di SMP, dan itu menyebalkan. Sekarang, bahkan dia menyebarkan gosip tentangku. Sebetulnya ada satu lagi teman laki laki yang dekat denganku. Namanya Erwin Warnaji Akhsan, dan dia juga seorang pebasket. Tapi kukira dia tidak sombong seperti Kenny, mungkin. Kau tahu, hidupku sekarang dikelilingi banyak laki laki. Tapi mungkin bukan menjadi pacar, hanya sebatas teman.  Okay, karena tugasku masih menumpuk, mungkin akan aku selesaikan sesi konseling ini, dan meneruskan semua tugas tugasku. See you soon, Persi. Hey, what a great name. It’s from ASUS’ jargon, Persistent Perfection. Ok Persi, I’ll gonna miss you.

P.S : Songs of the day
Lil Eddie – Statue
“ what is the reason, when you could have any girl you want
I don’t see, what I have to offer for
I should’ve been a season, cause you could see I had potential,
Do you know youre my miracle?
oh I’m like a statue, stuck starring right at you
So when i lost my word everytime I dissapoint you

Is just that I can’t believe, that you’re so wonderful...”

Selasa, 13 Mei 2014

Sebuah Puisi : Ibu

Ibu
Ibu...
adalah wanita yang selalu siaga tatkala aku dalam buaian
tatkala kaki-kakiku belum kuat untuk berdiri.
tatkala perutku terasa lapar dan haus
tatkala kuterbangun di waktu pagi, siang dan malam


Ibu...
telah kupandang wajahmu diwaktu tidur
terdapat sinar yang penuh dengan keridhoan
terdapat sinar yang penuh dengan kesabaran
terdapat sinar yang penuh dengan kasih dan sayang
terdapat sinar kelelahan karena aku

Ibu...
engkau menangis karena aku
engkau sedih karena aku
engkau menderita karena aku
engkau kurus karena aku
engkau korbankan segalanya untuk aku

Ibu...
jasamu tiada terbalas
jasamu tiada terbeli
jasamu tiada akhir
jasamu tiada tara
jasamu terlukis indah di dalam surga

Ibu
tlah kau hujamkan matamu
tuk menentang sang surya
tlah kau hentakan kakimu
tuk menindas bumi
tlah kau mantapkan hatimu
tuk taklukan sang waktu

Ibu
tlah kau luangkan begitu banyak waktu
hanya tuk menjaga ku
tlah kau hempaskan kepentingan mu
hanya tuk mengurusku

Ibu.
remuk hati ini......melihat mu menangis
hancur raga ini melihatmu terluka
mati raga ini bila kau tiada

Ibu...
hanya do'a yang bisa kupersembahkan untukmu
karena jasamu
tiada terbalas

Hanya tangisku sebagai saksi
atas rasa cintaku padamu
maafkan daku,yang belum bisa membuat mu bahagia,
maafkan diri ini ibu,


Cerita Cekak : Alas Gung Liwang Liwung




  ALAS  GUNG LIWANG LIWUNG
    
      Ing dina Kemis Wage, Alma lan Ashraf pit-pitan ngubengi desane.Wektu iku dheweke ora mlebu kuliah amarga prei.
Ana ing pinggir dalan gedhe,ana wit ringin kang gedhe banget.Ana wacana kang nyritakake bab Wayang Kulit  ing desa kidul “Raf,ana Wayang Kulit  lho  ing dina Jumuah Kliwon sesuk ing Desa Astana, nonton ya ?”, pitakone Alma.Ashraf njawab, ”Lha ning dina Jumuah Kliwon ki? gek kudu ngliwati alas amba.”  Alma ngeyel, ” Ora apa-apa, jirih, padune wedi, ya mengko ngajak Mahendra wae,mesthi gelem!”  “Ya wis lah,ngono ya kenek.” Dheweke terus mulih.
Kemis sore Alma lunga menyang omahe Mahendra. ”Assalamu`alaikum,Ndra,aku Alma!” Alma nyeluk. Mahendra metu, ”Ngapa Ma?Kok njanur gunung kowe rene?”  “Sesuk jam lima nonton Wayang Kulit ing desa kidul,ya?” Mahendra njawab, ”Ma, lha ning kudu ngliwati alas amba ki? Ngendikane Ibuku kuwi angker.” Alma nyaut, ”Alah Ndra, kowe isih percaya ta? Kuwi ki mung apus-apusan.Ora mungkin, kuwi ki ben kowe ora dolan metu ka ngomah.”   “Mmm,ya wis lah aku gelem.” Mahendra nyauri.
Esukke jam papat, Alma, Ashraf, lan Mahendra adus. Ashraf lan Alma ngampiri Mahendra. ”Ndra, ayo mangkat, selak telat lho!”  “Iya tak pamit wong tuwaku sik.”  Mahendra banjur pamit, ”Bu,Pak kula ajeng nonton Ringgit Wacucal rumiyin nggih.”   “Iya Le,ngati-ati,mengko mulih sadurunge punjul saka jam rolas ya!”,pitutur Ibune Mahendra. ”Iya Le bahaya!”  Bapake Mahendra nambahi. ”Nggih Pak,Bu maturnuwun.Assalamu`alaikum.” “Wa`alaikumsalam.”

Ashraf,Alma lan Mahendra mangkat jam lima sore. Lelakon menyang Pagelaran Wayang Kulit mandheg ana ing sawijining masjid ing desa  Astana. ”Magrib sik ya,mengko ditutugge maneh!” Ashraf ngajak kancane. ”Ya iya,sholat sik,bener kuwi!”, Kanca-kanca. Sawise iku ditutugge maneh.
Teka kana jam setengah sanga bengi. Nanging Wayang urung diwiwiti. Setengah jam bocah telu iku mangan ana swijining ‘HIK’. Swasana bengi rame banget. Sliwar-sliwering penonton ana ing kana nambah reramening pagelaran.
Wayang diwiwiti jam sanga bengi. Dhalange lucu lan mbanyoli. Acara dipungkasi jam luwih jam loro esuk. Ora mung Wayang Kulit sing dadi pagelarane,tibake nanggap Campursari lan Kethoprak.
Jam sewelas bengi, Mahendra kelingan piwelinge wong tuwane. Banjur mulih karo Ashraf. ”Ma, ayo mulih, alase angker lho!” pocape Mahendra lan Ashraf.  ”Alah, wegah aku mulih jam loro wae, muliha sik, ra apa-apa!”    “Awas lho ya, nek ana apa-apa aku ra tanggungan lho!”, saurane bocah loro iku.   ”Okeh,beres Bung!”
Acara wis rampung. Alma mulih ora ana kancane. Nanging bocah kuwi nekad Liwat ana tengah dalan Alas Gung Liwang Liwung. Rumangsane dalane saya suwe saya cilik lan sempit. Kiwa tengene wit-witan gedhe. Sumilir angin wengi nambah swasana kang anteng. Teka tengah dalan pit montor duweke Alma rusak. “Rasane lak dhek wingi wis dak dandani, kok rusak maneh ya?” Alma terus midhuk. Sliwar-sliwering lawa ana ing langit nambah rasa wedi ing dadane Alma. Swasana mendhung pratandha arep udan.
Alma leren ana ing ngisor wit ringin gedhe. Ora let suwe, ana swara bedhil ing angkasa. Alma ngadeg. Ana barisan rapi Tentara kang nggawa bedhil.  ”Prok...Prok...Prok...” barisan rapi tentara tanpa sirah mlaku pas ana ngarepe Alma. Alma kaku mbegegeg pucet. Ora ana semeter jarake karo barisan lelembut iku. Kira-kira mung 30 senti jarake. Tentara tanpa mustaka iku ngubengi Alma kaping pitu. Alma kaget nyawang barisan rapi Tentara Jepang kang gluprutan getih, awake sibel dhedhel dhuwel bolong-bolong bekas tembakan, ana sing ora duwe sikil, astane puthul lan kabeh ora duweni mustaka.
Alma langsung mlayu nunjang palang nuntun pit montore. Tentara iku baris lan ngucit Alma. Teka pinggir Alas, pit montore distarter lan Alma mlayu. Kira-kira 15 meter saka Alas Gung Liwang Liwung, Alma noleh lan wis ora ana barisan lelembut iku. Banjur Alma teka ngomah.
Setu esuk Alma crita marang Ibune lan Bapakke. Jaman biyen akeh tentara Jepang kang seda perang ing kana,Le.Mula ngati-atiya!”  Ibu lan Bapakke Alma.
Alma dolan menyang omahe Mahendra. Ashraf ya padha. Alma nyritakake bab Alas Gung Liwang Liwung iku menyang kanca-kancane. Ibune Mahendra nyedhak lan nyritakake perkara iku. Critane padha karo Ibune Alma. Mahendra ngucap syukur Alhamdulillah amarga manut pitutur wong tuwane.   
                        




 Dening : Nimas Latifatul D.A
      

Sebuah Drama : Drama Ngaco Ngaco " Menolong Sesama Makhluk Hidup"

Menolong Sesama Makhluk Hidup

Pada suatu hari, Natasha sedang berjalan-jalan di taman kota. Natasha membawa tasnya sambil melihat-lihat sekelilingnya. Tiba-tiba dari belakang, tas milik Natasha dijambret oleh jambret yang larinya sangat cepat secepat ceetah.
Natasha : “ Lalalalalalalalalaa.. Waaahh, pagi ini cerah sekali. Aku senang sekali. ”
(Tiba-tiba)
Natasha : (Dengan suara yang melengking dan sesegukan)“ Aaaahh,, toloooongg long long long looong!! Hiks hiks hiks. ”
(Lalu)
Detektif Unyil : “ Tettrettetteteeet. Detektif Unyil dataaang. Ada apa,dek? “
Natasha : “ Tolong,mas. Tas saya dijambret!”
Detektif Unyil : “ Kalau begitu, saya akan membantu kamu Natasha! “
Natasha : “ Oooh, terima kasih. Sendirian aja? “
(Gdabruukk)
Detektif Sana : “ Eheheh, trototototot Detektif Sana dataaang… Telat.. (hehehe)
Detektif Unyil : “ Ayo kita bantu Natasha mencari tasnya yang sudah dijambret! Detektif Sana kearah sana! Saya kesitu! OK! Yukk mari! “
Detektif Sana : “ Astaghfirullah! Appaa?? Dijambret? Ok,tek! ”
Lalu, Natasha pun dibantu oleh Detektif Unyil dan Detektif Sana yang asalnya tidak tahu dari mana untuk menemukan jambret yang telah menjambret tas Natasha.
Detektif Unyil : “ Detektif Sana, sudah ketemu atau belum? Saya bingung ini karena yang dari tadi saya lihat hanya kotoran ayam saja. Hmmh. “
Detektif Sana : “ Sudah, det. Ini gambarnya. Sepertinya saya pernah melihat gadis ini, tapi dimana ya? Lupa saya. Bagaimana Detektif Unyil? “
Detektif Unyil : “ Ooh, ini yang suka ngerujak di pinggir jalan situ tu (sambil menunjukkan jalan). “
Natasha : “Ngawur kalian. Diakan buronan yang sudah hampir 1 abad ini dicari-cari oleh polisi. Dia kabur tahun 1994,5 pas polisinya ke kamar mandi mau nyiram sisanya yang lupa disentor. Malu-maluin banget kali! Sekarang kira-kira dia itu dimana? Ingat waktu! Schedule aku itu padet bangeet. Ngerti? “
Detektif Unyil : “ Iya iya. Nah nah nah,, itu di pojokan itu siapa? “
Detektif Sana : “ Katamu mbak rujak? “
Detektif Unyil : “ Nah, mbak rujak itu buronannya! “
Detektif Sana : “ Bikin ribet aja tuh orang! Terus kenapa? Nggak penting banget deketin orang paling merugikan di Indonesia karena sudah membuat Pak SBY kalang kabut bingung nyariin dia buat dihukum yang nantinya bikin dia jera dan nggak akan ngulangin lagi. Tapi kamu tau sendiri kan mati satu tumbuh sebiru. Eh, seribu. “
Natasha : “ Ah, cepet dikit dong. “
Detektif Unyil : “ Hash! Tangkap doong!! Ciyaaaat! “
Detektif Unyil dan Detektif Sana : “ Tangkaaapp!! Yeeee!! Kena’ deh! “
Detektif Sana : “ Ternyata selama ini kamu yang bikin repot saya. Hajar aja! “
Detektif Unyil : “ Ayo ayo, sudah sudah. Sekarang waktunya kuiiis! Eh, maksutnya waktunya serahkan tas Natasha pada kami! Kamu mau pakai cara A atau B? ”
Jambret : “ Ya ampun. Kalian hebat banget. Kok bisa sih nangkep aku? Kan kalian baru detektif awam. Apa tips-tipsnya? “
Detektif Unyil dan Detektif Sana : “ Stop! Serahkan tas Natasha pada kami! “
Jambret : “ Ooo, tidak bisa. Saya sudah capek-capek jambret kalian asik aja ngrebutnya! Enak aja! Nggak! Ini punyakku!!! ”
Akhirnya terjadilah perseteruan antara Jambret dengan Detektif Unyil dan Detektif Sana. Lalu..
Detektif Unyil dan Detektif Sana : “ Yeee, kita menang!! Ayo! Kamu harus ikut sama kita ke kantor polisi. “
Jambret : “ Eh, bentar bentar. Mbak centil mana? Itu loh, siapa namanya. Donat? Eh, kok donat. Jadi laper. Itu loh.. Natasyyyyyyyyaa!! Nama kok susah banget. Mana dia, det det? “
Detektif Sana dan Detektif Unyil : “ Masyaallah. Dia.. tidaak!! “
Natasha: “ Bentar tak sentor dulu! Hehe. Tasku mana? Eh, jambretnya mana? ”
Detektif Unyil, Detektif Sana, dan Natasha : “ Ya ampun. Lepas lagi deh! “
(Jambret: Berhasil! Berhasil! Berhasil! Hurray!! Hehehe.. nggak dapet tas gpp. Yang penting HAPPY! J)

SELESAI
TERIMA KASIH




Kita selaku pemain dan pembuat naskah drama ini mengucapkan terima kasih kepada ALLAH SWT yang telah memberikan kami kemudahan dalam menggarapnya dan kepada semua pendukung kami “ TERIMA KASIH YA BUAT DUKUNGAN DAN MOTIVASINYA!”. Oiya, kami akan memperkenalkan diri. Pertama, Arifah Nur Pratiwi yang biasa dipanggil tiwik ini mendapat absen nomer 4 di kelas 8 h tercinta. Dia berperan sebagai Natasha. Lalu, Jihan Arum Puspitaningrum yang nomer absennya terkenal mematikan, yaitu 13. Jambret itu perannya Jihan. Lanjut ketiga, Muhammad Dienulloh Ulil Absor. Panggil aja Ulil, 16 absennya n dia berperan sebagai Detektif Unyil yang SOK banget. Terakhir adalah Detektif Sana yang paling mbingungi diantara kami semua. Nama aslinya Savio Alperta Praja Narendra, panggil dia Savio. Nomer absennya 20. Angka Genap semua kecuali si angka mematikan (hehehe, bcanda. Tidak penting sekali). Cukup sekian dan terima kasih (sekali lagi)!!! i(‘0’)i !!

Sebuah Puisi : Tak Harus Sepertimu

Aku seperti bunga matahari yang mengejar sinar matahari
Hanya terfokus pada satu tujuan
Tidak peduli tentang lingkungan sekitar
Dan ingin menjadi sepertimu

Aku mengagumi kedalaman pemikiranmu
Caramu melihat kehidupan
 aku begitu terpesona
 sampai aku tidak sadar hanya mengejar bayang -bayang

Aku menghabiskan waktu untuk menjadi sepertimu
Aku menghabiskan tenaga untuk menjadi sepertimu
Semuanya ku kerjakan untuk menjadi sepertimu
Sampai aku lupa potensi didalam diriku

Bahkan aku tidak mendengarkan kata hati
Mata ini sudah tertutup
Telingan ini sudah tertutup
Aku buta dan tuli

Dan suatu ketika aku bangun dari lamunanku
Saat itulah aku mulai bertanya – tanya ?
Kalau menjadi sepertimu, apa  aku akan dicintai juga ?
Jadi inilah aku yang akan menjadi diri sendiri
Karena kita di ciptakan untuk saling melengkapi

Bukan mengubah jati diri

A Poem : I Can't

I can’t
Well, you’re handsome
But it kills myself
Too handsome and too soft
You love me as you can

But I can’t
Long time you ever asked
How to be brave to say
I  have tried to be positive

I guessed that you wanna say for other
But I’m false
It’s hard to believe

You held my hand and stopping me for walk
You pleased for an answer
But I can’t say for

I didn’t love enough

Sebuah Puisi : Kehilangan

Kehilangan
Di tepi pantai, ku susuri jalanku.
Saat segala tlah lalu, ku tangisi sebuah perih di ujung lukaku.
Menari-nari di di atas gelombang kegelisahanku.

Satu persatu terjangan
menghanyutkan aku pada suatu kenyataan.
Yang mengharuskan aku berlabuh di atas runcingnya batu karang.
Senada dengan ombak yang membawaku lagi ke tengah lautan.
Ke tengah-tengah dimana semua kenangan & mimpi harus ikut menghilang.

Hanya sebuah lara yang mengganggu ketenanganku.
Air mata tak kuasa terbendung, menetes karena rindu.
Dalam hentak ku melangkah ragu.
Akankah ada kesanggupan untuk kehidupanku?

Selalu ku coba untuk menepi.
Tapi kenyataan itu selalu membawaku ke tengah-tengah dimana semua berawal.
Hingga mengharuskan ku mengakhiri dengan sesal.
Sesal dan rasa dendam yang mengiringi.

Selalu aku mainkan sebuah iringan.
Untuk  meredamkan luka yang tak tertahan.
Kini hanya ada rasa kehilangan.
Sepi dalam kedamaian.

Sepi yang kian menekam lalu perlahan menusuk relung di jiwa.

Cerita Cekak Basa Jawa

SASI OKTOBER


Adi Soemarmo International Airport, 5 Oktober 2014

Wes udakara rong jam olehku lungguh ing ruang tunggu iki. Aku nginguk jam, 19:03. Opo aku salah panggonan yo? Tak ulati papan sing murup ing dhuwur kana. Domestic Departures. Ora salah. Mas Kenny mau ngomong yen jadwal mangkate pesawat di delay, utawa ditunda amarga kahanan. Daksawang meneh papan ing duwur kana, Citilink | Balikpapan | Delayed | 19:30. Ealah, isih setengah jam maneh. Aku njur ngadek lan marani salah siji kafe ing kono. Karo nyruput kopi ing cangkir, daksawang  awang awang. Ora mendung, mung mbulane pas ora ndadari , dadine rada peteng. Daktamatke lintang cilik kelap kelip ing dhuwur kana. Ora krasa wes setengah jam. Aku krungu pengumuman menowo pesawat wes landing. Aku nunggu njur ngadeg lan nyedak menyang gerbang, lan ngenteni metune Mas Kenny. pawongan iku mudhun seka eskalator, nganggo topi putih, lan nyangklong backpack sek ra bakal daklalekake, uga kacamata full frame. Senadyan ora ketemu 3 tahun, aku ora lali karo pawakane. Pawongan bagus iku nyedak menyang aku. “Arifah, ora lali karo aku kan?” . “Wah, Mas Kenny tambah lemu saiki? Makmur ya mas urip neng nglembara?”. “Sanajan makmur, nanging ora cedhak wong tuwa, iku yo nelangsa kok, Dik”. Duh, pawongan iku nyeluk aku dik? Aku ora salah krungu? Biasane nek ulu mung nganggo jeneng ngarepku thok. Saiki ditambahi dik? “Iki sek mapak mung kowe thok?”. Pitakone Mas Kenny mbuyarke lamunanku. “Inggih Mas, monggo, mobile diparkir pas neng ngarep kana.”

  SMA Negeri 1 Karanganyar, 5 Oktober 2007


Jenengku Arifah Nur Pratwi. Kancaku padha nyeluk aku Arifah, tapi okeh uga sek nyeluk Tiwik. Wes sak karep karepe lah, sing penting iku uga termasuk jenengku. Aku kelas 2 SMA saiki, lan sekolahku neng kene iki. SMA 1 Karanganyar. Sakjane mbiyen aku ora gelem sekolah ing kene, gandheng nuruti apa sing dikarepake dening bapakku, akhire aku manut. Mitrut bapakku, sanadyan aku slaha sawijining bocah sing nduweni good grades, aku durung bisa tamtu bersaing karo bocah bocah liyane, menawa aku sekolah ing Sala. Kajaba iku, uga masalah transportasi sing diributke bapakku. Bapakku ora ngolehke aku indekos, amrga aku kalebu bocah sing males. Tekan saiki, aku isih nduweni prestasi sing lumayanlah, sanadyan ora banget nyenengke ati. Malesku sekolah ing kene iki yo mung siji, akeh kanca SMP sing mlebu rene. SMP ku kalebu SMP favorit ing tlatah Karanganyar, semono uga SMA iki, uga kalebu sekolah favorit. Apamaneh akeh sing populer neng SMP 1, mlebu maneh ing SMA 1. Hah, yoweslah. Sing penting aku ora gawe keributan
 Aku meh nemoni kancaku, si Ulil, kanggo nyerahke flashdisk sing tak jilih dekwingi, nganti aku ketemu karo Mas Kenny ing koridor. Mas Kenny karo kancane, aku karo Deliana. Aku wes disikut marang Deliana, amarga dhewekw uga wes reti perkara aku karo Mas Kenny. Ndilalah, ora ana udan ora ana angin, Mas Kenny mung nglewati aku tanpa mesem utawa nyapa. Njur bar papasan, aku mung meneng. Sakjane aku salah opo, nganti dheweke ora gelem aruh aruh. Akhir akhir iki, Mas Kenny dadi labil. Yen menawa dheweke lewat ora bareng kancane, njur dheweke gelem aruh aruh. Menawa ora tak gagas, bengine dheweke bakalan SMS aku lan protes, ngopo kok aku ora aruh aruh. Aku bingung. Pawongan iki tau ninggalake tatu ing atiku, pas SMP mbiyen. Sanadyan wes natu neng ati, aku tetep ra iso lali karo pawongan siji kuwi. Mbuh aku kena aji ajian opo piye, ananging aku ngrasa nek dheweke kuwi angel dilalekake. Sanadyan aku wes nyoba golek pelarian, aku tetep wae ra iso. Wes lah rasah dipikir. Wektu istirahat selak entek, lan aku bakalan rung sido ketemu Ulil mengko.
Mas Kenny iku kalebu kakak kelasku, ananging, yen meneri umur, aku let 2 tahun karo dheweke. Pancen ora adoh, menawa kanggo pawongan sing wis rada diwasa, nanging kanggoku sing isih SMA iki, kuwi cukup adohlah. Pas Perpisahan utawa Prom kae, aku yo mung bisa ndongakke muga muga Mas Kenny antuk sekolah sing dikarepke, lan mugo aku bisa enggal melu nyusul.

6 tahun candhake....


Wisudaku iki tanpa ditekani dening Mas Kenny, sing nglembara menyang Balikpapan kawit 2 tahun kepungkur. Sandyan dheweke janji arep bali menyang Jawa, ananging aku durung krungu kabare. Selama 2 tahun iki, aku uga nyoba golek pawongan sek iso nyejajari Mas Kenny. Nanging uga ora iso. Sandyan aku dichedaki dening okeh pawongan sek ora kalah bagus, Mas Kenny tetep ora iso mlayu saka pikiranku. Embuh menawa dheweke mblenjani janji lan milih wanodya liya. Nanging, menawa mengkono kedadeyane, aku yo ikhlas. Ah, mboyak lah. Sing penting apa sik dak citak citakake kawit cilik iku bisa kelakon. Arifah Nur Pratiwi, S.Ked. Wuih, mentereng tenan. Alhamdulillah, iku uga merga dongane kabeh kulawarga ku, ingkang sakpenuhe ndukung lan nduduhi aku dalan sek becik.
Udakara seminggu sakwise wisuda, aku ketekan kanca lawas. Akeh banget sing padha dolan. Aku ngulatkesalah sijine pawongan ing kono. Erwin? Batinku. Kok enek kene?aku banjur nyedhak pawongan siji mau. “Arifah, isih kelingan aku kan?”. “Erwin yo? Sek dekmben IPS 2?”. “Iyo, wah isih kelingan berarti.”
Bar kuwi, aku saiki dadi luwih cedhak karo Erwin. Nyelot suwe saya raket, karo kaya pacare dhewe kae. Aku njut mikir, apa iki ganti sing pener? Apa ya iki gantine Mas Kenny iku? Aku nyoba mikir positip wae. Mungkin bener iki gantine Mas Kenny. Mungkin iyo iki jodho sik pas karo aku. Mula, nalika Erwin ngutarakke maksud atine, aku ora nolak. Nanging kenapa aku durung mnateb? Nanging, aku tetep njijal dhisik. Nalika aku lagi mangan awan bareng Erwin, dumadakan hapeku muni, tandha enek pesan masuk. Dakswang layar hapeku. Mas Kenny. Geneya wong iki? Ngopo ndadak ngubungi akiu meneh? Dakwaca pesan kuwi mau
“ Dik, aku oleh bali menyang sliramu meneh? Aku bali neng Jawa suk sasi Oktober. Yo, sasi Oktober. Sasine awakdhewe ketemu, pisah, lan bakalan ketemu maneh“
Mak deg. Aku bingung, aku kudu kepiye. Aku karo Erwin saiki, kok ngopo dumadhakan Mas Kenny bali meneh menyang uripku. Hape dak selehake maneh. Erwin sing bingung ngulati polahku, banjur takok, “ sapa tha Dik, kok sajake penting.”. “Mas, ayo nggal mulih wae, rumangsaku kok awakku dadi rapenak.” Duh Gusti, kepiye lakonku iki? Aku kudu milih sek endi?





Sak dalan dalan, aku nyawang lintang sing isih kelap kelip ing dhuwur kana. Lintang sasi Oktober. Daksawang pawongan sing lungguh neng sampingku. Sanadyan ora sebagus Chris Pine utawa Benjamin Walker, priyayine nduweni ketangkasan kaya Michael Jordan. Sasi Oktober. Sasi sing dadi timbal balike uripku udakara  7 tahun iki. Sasi sing ndadekake atiku dadi separo, amarga separone wes dakpasrahke dening Mas Kenny. 

Arifah's Diary

Karanganyar, January 14 1938
Pagi hari. Seperti biasa, aku bangun pada jam 6, dan langsung menonton saluran televisi favoritku. Kau sudah tahu kan, aku seperti apa? Yah, jujur saja aku tidak mau menceritakan semua tentang diriku, karena itu adaah apa yang seorang anak kelas 1 sekolah dasar lakukan. Dan aku, kelas 10 sekarang. Oke oke, aku akan cerita. Namaku Arifah Nur Pratiwi. Mom bilang Arifah berarti wanita bijaksana, dan aku sangat berharap itu benar. Tetapi, kenyataan berkata lain. Aku benar benar tidak bisa bersikap BIJAKSANA. Umurku 15tahun, dan tingkahku masih seperti anak kelas 3 sekolah dasar. Oke oke, ini memang memalukan. Sebetulnya aku juga tidak ingin bersikap seperti ini. Ini semua karena abangku yang sok. Dia sudah bekerja sekarang, walaupun umurku hanya terpaut 4 tahun dengannya. Dia bertingkah seolah olah hanya dia yang bisa membuat  Mom dan Dad bangga. Walaupun dia berumur hampir 20 tahun, dia bertingkah seolah olah dialah rajanya. Jadi, bila dia mengerjaiku atau semena mena terhadapku, aku hanya tinggal mengadukannya ke Mom. Yah, aku kadang mengadukannya ke Dad, tapi Dad tidak berada di rumah setiap hari. Dad seorang polisi. Dan aku bangga dengan itu. Walaupun, Dad jarang dan bahkan tidak pernah mengajakku pergi berlibur. Dad selalu beralasan bahwa dia sibuk, atau dia harus mengurusi jalan yang dilintasi orang orang yang sedang pergi berlibur. Bukankah itu menyedihkan?

Ini hari selasa, dan sekolahku libur. Yah, tidak hanya sekolahku sih, tetapi SEMUA SEKOLAH DI NEGARAKU. Ini hari libur nasional, memperingati hari kelahiran nabi umat muslim, Nabi Muhammad SAW. Tidak ada yang spesial, karena abangku sudah pergi ke  Balikpapan, tempat dia bekerja. Aku hanya punya seorang abang, jadi aku sendirian di rumah setiap libur. Mom biasa pergi bersama para tetangga atau pun rekan kerjanya, sedangkan Dad tetap pergi bekerja. Temanku datang siang harinya, dan kami mengerjakan tugas sekolah kami. Memang tidak langsung selesai pada hari itu, tapi paling tidak tugasku berkurang seperdelapannya lah.