Rabu, 12 November 2014

Sebuah Cerita - Tuhan, Jangan Potong Sayapku


Mengejutkan. Hanya itu yang bisa kukatakan ketika aku mendengar berita itu. Dengan setengah tidak percaya,  aku bertanya pada teman temanku.
“Benarkah? Wah, gosip baru itu!”
Kupaksakan wajah yang tetap ceria, walaupun dengan luka yang menyayat dada. Kulalui sisa hari itu dengan wajah penuh tipuan. Ingin menangis rasanya, tapi aku malu pada teman temanku. Walau baru beberapa bulan mengenalnya, aku sudah merasa ada bunga bunga cinta yang mulai tumbuh dan mekar. Tapi aku hanya bisa jatuh cinta diam diam, mencari tahu semua tentang dirinya dan melihat senyumannya. Ah, mulai lagi. Aku mulai lagi, merindukan semua tentangnya.
***
  Namaku Sophia Ferrera.  Yah, umurku 16 tahun. Belum genap sebenarnya, aku berusia  16 saat bulan Oktober nanti. Oke oke, mari kita lanjutkan. Oh, ini hari Senin kau tahu! Ah, bisa bisa aku terlambat nanti. Hah, pengalaman terlambat seharusnya bisa menjadi peringatan bagiku, karena itu membuat ku sangat malu. Saat itu, Upacara bendera sudah hampir dimulai, juga para siswa sudah berkumpul di halaman sekolah. Kulirik si jangkung Percy melihatku, tersenyum. Langsung kualihkan pandangku, agar mukaku yang bersemu merah tak terlihatnya.
Ah, harus segera berangkat sekolah. Aku berangkat bersama temanku Bella, dia tinggal 2 blok dari rumahku. Aku hanya berjalan kaki dari rumah ke sekolah, karena sekolahku hanya beberapa blok dari rumah. Dekat memang, yah paling tdak itu bisa menghemat biaya transportasi. Gerbang sekolahku mulai terlihat. Ah akhirnya sampai juga. Aku berpisah dengan Bella, karena kelas kami berbeda. Sampai di kelas, kulihat keadaaan kelas masih sepi. Padahal jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit. Lima belas menit lagi bel tanda masuk kelas berbunyi. Ah dasar mereka anak malas. Kuingat pelajaran pertama hari ini adalah matematika. Kenapa gurunya belum datang ya? Padahal bel masuk sudah berbunyi daritadi. Mungkin ada jam ksosong lagi? Tapi sayangnya, harapanku tertinggal di negeri awang awang. Tak lama kemudian, kulihat guru matematikaku berjalan ke kelasku. Beliau segera masuk dan memulai pelajaran. Aku sedang malas memperhatikan, sehingga aku hanya memainkan ballpoint yang daritadi belum kubuka tutupnya.

Pukul 14.45. Bel pulang sudah berbunyi. Aku bergegas keluar kelas karena aku berpikir Bella sudah menungguku. Ternyata Bella belum keluar. Kuputuskan untuk menunggu Bella di bangku di bawah salah satu pohon yang ada disekolah. Saat itu, kulihat Percy berjalan bersama teman temannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar