Identitas buku :
Judul : Javanese Wisdom
Penulis : Anand Krishna
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Halaman : xvi + 258 halaman
ISBN : 978-979-22-8596-3
Anand Krishna (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 1 September 1956; umur 58 tahun) adalah seorang spiritualis lintas agama, nasionalis, humanis, budayawan dan penulis yang tinggal di Jakarta, Indonesia. Walaupun berdarah keturunan India, tapi semangat kecintaannya terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sangatlah tinggi. Kepeduliannya itu dituangkan dalam membentuk organisasi-organisasi yang peduli dalam berupaya membangun jiwa-jiwa manusia Indonesia lewat upaya-upaya pemberdayaan diri. Salah satunya adalah National Integration Movement atau Perkumpulan Gerakan Integrasi Nasional, 11 April 2005, yang sangat peduli dengan kondisi persatuan dan kesatuan NKRI.
Kepeduliannya terhadap kondisi jiwa spiritual masyarakat tidak hanya berhenti pada masyarakat Indonesia, tapi juga pada masyarakat dunia yang dituangkan dituangkan dengan pendirian Yayasan Anand Ashram (berafiliasi denganPerserikatan Bangsa-Bangsa – Department of Public Information sejak 15 Desember 2006) sebagai Centre for Holistic Health and Meditation sejak tahun 1991.
Bukunya yang berjudul Javanese Wisdom ini berisi 27 butir pepatah atau ungkapan jawa kuno yang menceritakan maupun mengharuskan bagaimana seseorang menyikapi dan menjalani hidup di zaman, yang notabene dikategorikan sebagai ‘Zaman Edan’. Buku ini sangat baik bagi manusia yang menginginkan ketenangan jiwa untuk menjalani hidup. Menjadi tidak grusa-grusu, menjauhkan sifat-sifat negatif dari diri, belajar menghargai orang lain maupun belajar agar dihargai orang lain, dan masih banyak lagi yang akan kita dapat setelah membaca buku ini. Memang, buku ini masih sulit dimengerti oleh pembaca pemula karena bahasa yang digunakan, yang cenderung sedikit rumit, sehingga harus membaca beberapa kali agar mengerti dan paham dengan apa yang dimaksudkan dalam buku ini.
Walaupun bukan jenis buku yang memiliki alur, tetapi buku ini memiliki ‘alur’ tersendiri. Dimulai dari sifat manusia yang paling mendasar, yaitu ego yang menimbulkan kesombongan. Sesuai dengan pepatah pertama yang dituturkan. Adigang, adigung, adiguna. Pepatah ini mengajarkan kita agar tidak berbangga diri terhadap kekuatan, kedudukan, dan kepandaian. Dimulai dari refleksi diri sendiri, lalu berlanjut bagaimana seharusnya kita melakukan hubungan atau interaksi terhadap manusia lain. Bagaimana menghadapi kawan, bagaimana menghadapi lawan, maupun bagaimana menghadapi kawan yang akan menjadi lawan. Lalu ada pepatah mengenai menghadapi masalah dalam hidup, bagaimana kita harus positif, melainkan juga dengan melakukan tindakan yang positif yang dapat berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.
Dipilihnya Javanese Wisdom atau secara umum adalah seri Wisdom Nusantara, dikarenakan semakin menghilangnya nilai nilai tersebut di kalangan masyarakat. Pengaruh globalisasi menyebabkan masyarakat Indonesia seperti ‘menuhankan’ sikap kebarat-baratan. Padahal, semua yang berasal dari yang lebih baik, juga baik bagi yang belum baik.
Banyak sekali yang kita dapat ketika membaca buku ini. Pelajaran hidup pastinya, karena untuk itulah buku ini ditulis. Buku ini dapat mengajarkan kita bagaimana seharusnya bersikap dalam hidup, terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Sehingga dapat membawa dampak positif pula bagi semua yang bersangkutan dengan hidup kita. Selain itu, walapun buku ini adalah jenis non-cerita, buku ini seperti memiliki alur yang mengalir. Dimulai dari refleksi diri sendiri, sampai bagaimana kita menghadapi hal maupun orang yang belum kita kenal.
Akan tetapi, jenis buku seperti ini mungkin kurang disukai kalangan muda ynag notabene lebih membutuhkannya, karena buku ini bukanlah jenis buku yang dapat dibaca sambil lalu sebagi bacaan ringan. Pembaca pemula harus membaca minimal dua kali agar mengerti apa yang dimaksudkan dalam buku ini. Walaupun memang bukan bacaan sambil lalu, akan tetapi lebih menarik lagi, terutama bagi kalangan muda, apabila agar dibuat lebih ringan dan dapat langsung diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.
Buku ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Tidak hanya bagi pencari yang sudah kehilangan arah, tetapi juga bermanfaat untuk para petualang baru yang memulai perjalanannya.
Jumat, 14 April 2017
Kamis, 06 April 2017
Arifah's Diary : Assignment
Sleman, March 17 2017 2047
Kau masih marah padaku?
Entah.
Ayolah, aku tahu kau tidak benar benar marah padaku. Kau bukan tipikal orang yang bias diam dengan sesorang dalam waktu yang lama.
Fine. Baiklah baiklah. Sesungguhnya memang ada yang ingin kuceritakan padamu Persi. Aku tidak tahu harus melakukan apa lagi. Setelah mengebut tugas pidana kemarin, bebanku sudah berkurang dan aku tidak tahu harus berbuat apa lagi sekarang. Wlaupun memang ada tugas lain yang harus kukerjakan. Tuga mengenai ketatanegaraan dan administrasi Negara. Dan juga tugas resensi yang seharusnya minimal adalah 800 kata, dan baru tertuls 300 kata.tapi aku suka sekali mengerjakan tugas dengan waktu yang berdekatan dengan batas waktu pengumpulan, karena pasti timbul ‘The Power of Kepepet’, alias kesempatan di waktu yang sempit. Aku juga tahu itu bukan yang baik, jangan terus terusan mengomeliku. Santai saja, aku punya banyak teman yang seperti itu.
Bukankah seharusnya seorang teman membawa pengaruh baik bagimu?
Mereka membawa pengaruh bagiku kau harus tahu. Yah, walaupun tak semua teman itu baik sih.
Betul kan kataku. Kau sudah dewasa Fah, harus bias segera menata hidup. Hidup in hanya singkat dan kau tidak bisa terus berleha leha saja.
Iya iya aku tahu. Tapi Persi, menurut Kitab Undang Undang Hukum Perdata, aku belum dewasa. Ukuran kedewasaan adalah berusia 21 tahun atau sudah menikah. Padahal aku bukan keduanya.
Terserah kau sajalah. Lama lama pusing
juga menasehatimu. Bisa bisa aku jadi muak nanti
Langganan:
Postingan (Atom)